Antara Keindahan dan Pembangunan Terbatas Kota Parapat di Era Orde Baru
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Parapat, yang terletak di tepi Danau Toba, mengalami perkembangan yang kompleks. Di satu sisi, keindahan alamnya yang memukau mulai menarik wisatawan domestik dan mancanegara. Disisi lain, pembangunan pariwisata di Parapat diwarnai dengan berbagai keterbatasan dan kontroversi.
Masa Awal Orde Baru
Pada awal Orde Baru, fokus pemerintah tertuju pada pemulihan ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Pariwisata belum menjadi prioritas utama. Akibatnya, pengembangan pariwisata di Parapat berjalan lambat dan minim perhatian.
Meskipun demikian, keindahan alam Parapat tetap menarik wisatawan. Pada tahun 1970-an, mulai bermunculan hotel-hotel kecil dan restoran di sekitar Danau Toba. Wisatawan yang datang ke Parapat umumnya menikmati kegiatan seperti berenang, memancing, dan berperahu.
Kebijakan Pariwisata Orde Baru
Pada tahun 1980-an, pemerintah Orde Baru mulai memberikan perhatian lebih besar pada pengembangan pariwisata. Hal ini didorong oleh keinginan untuk meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan pekerjaan.
Pemerintah Orde Baru mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung pengembangan pariwisata di Parapat, seperti:
Membangun infrastruktur: Pemerintah membangun jalan, jembatan, dan pelabuhan di Parapat untuk memudahkan akses wisatawan.
Memberikan insentif bagi investor: Pemerintah memberikan insentif pajak dan kemudahan perizinan bagi investor yang ingin membangun hotel dan restoran di Parapat.
Mempromosikan pariwisata: Pemerintah mempromosikan pariwisata Indonesia di luar negeri, termasuk Parapat.
Dampak Kebijakan Orde Baru
Kebijakan pariwisata Orde Baru membawa dampak positif dan negatif bagi Parapat.
Dampak Positif:
- Meningkatnya jumlah wisatawan: Jumlah wisatawan yang datang ke Parapat meningkat pesat. Hal ini memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal, dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
- Memperkenalkan budaya Batak Toba: Wisatawan yang datang ke Parapat berkesempatan untuk mengenal budaya Batak Toba yang kaya dan beragam.
- Meningkatnya infrastruktur: Pembangunan infrastruktur di Parapat meningkatkan akses wisatawan dan mempermudah mereka untuk menikmati berbagai wisata alam dan budaya.
Dampak Negatif:
- Pencemaran lingkungan: Meningkatnya jumlah wisatawan dan pembangunan infrastruktur yang tidak terencana menyebabkan pencemaran lingkungan di Parapat.
- Eksploitasi budaya: Beberapa pihak mengeksploitasi budaya Batak Toba untuk kepentingan komersial, tanpa memperhatikan nilai-nilai dan tradisi budaya setempat.
- Ketidakadilan sosial: Pembangunan pariwisata di Parapat tidak selalu membawa manfaat bagi semua masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang merasa terpinggirkan dan tidak mendapatkan keuntungan dari pariwisata.
| Baca juga: Misteri Kedalaman Danau Toba
Parapat di era Orde Baru mengalami perkembangan yang kompleks. Di satu sisi, keindahan alamnya menarik wisatawan dan mendorong pembangunan pariwisata. Di sisi lain, pembangunan pariwisata diwarnai dengan berbagai keterbatasan dan kontroversi.
Meskipun demikian, era Orde Baru menandai awal dari pengembangan pariwisata di Parapat. Hal ini menjadi fondasi bagi perkembangan pariwisata di Parapat di masa-masa selanjutnya.